Minggu, 11 Juni 2017

OTAK, BAHASA DAN PIKIRAN

Outline Kajian
1.Otak, Bahasa, dan Pikiran
  a.Otak
   1)Definisi Otak
   2)Bagian-Bagian Otak dan Fungsinya
  b.Bahasa
  c.Pikiran
2.Teori Para Ahli
  a.Teori Broca
  b.Teori Wernicke
3.Hubungan Otak, Bahasa, dan Pikiran
  a.Hubungan Bahasa dan Otak
   1)Pemrosesan Bahasa Lisan
   2)Pemrosesan Bahasa Tertulis
  b.Hubungan Bahasa dan Pikiran
4.Kerusakan Otak
  a.Definisi Kerusakan Otak
  b.Afasia
   1)Definisi afasia
   2)Klasifikasi afasia


KAJIAN

1.Otak, Bahasa, dan Pikiran
 a.Otak
  1)Definisi Otak
  Otak merupakan organ dalam yang memegang peranan penting untuk mengorganisasikan sebagian besar fungsi organ tubuh manusia. Organ dalam yang memiliki peran vital dalam kelangsungan hidup manusia tersebut dapat direpresentasikan sebagai koordinator utama yang memiliki tugas untuk mengatur setiap kinerja bawahannya agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Cheng (2013: 128) menyatakan, “The Brain is the most complex vertebrate organ ever to evolve, and it can perform a bewildering variety of complex functions.” Dapat diartikan, otak merupakan organ paling kompleks dari vertebrata yang senantiasa berevolusi dan dapat menjalankan fungsi-fungsi yang kompleks. Senada dengan Cheng, Seeley dkk. (2008: 443) menyatakan, “The brain is that part of the CNS contained within the cranial cavity. It is the control center for many of the body’s functions. The brain is much like a complex central computer with additional functions that no computer can as yet match.” 
  Berdasarkan pernyataan Seeley tersebut, diketahui bahwa otak adalah bagian dari CNS yang dikandung di dalam cranial cavity. Otak adalah pusat kontrol bagi sejumlah fungsi-fungsi tubuh. Otak mirip dengan sebuah komputer yang kompleks dengan fungsi-fungsi tambahannya. Seeley mencoba untuk merepresentasikan otak manusia dengan sebuah komputer dilihat dari kompleksitas kerja otak dan komputer yang sama. Sementara itu, Campbell dkk. (2004: 620) berpendapat bahwa otak disusun dari sekitar seratus milyar neuron, jauh lebih kompleks daripada sebuah komputer. Ia menerima, menyortir atau memilah-milah, dan menyampaikan sejumlah besar informasi. Johnson dkk. (1984: 469) juga memaparkan tentang kompleksitas kerja otak bahwa organ-organ indera yang bertanggungjawab terhadap kemampuan penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa pada manusia, diletakan di dalam kepala, kemudian semua informasi yang diperoleh dari indera-indera tersebut diproses oleh sistem syaraf vertebrata melalui sebuah otak tunggal.
  Dari berbagai pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa otak merupakan salah satu organ vertebrata, dalam hal ini yang ditekankan adalah human brain atau otak manusia, yang dapat dikatakan sebagai organ paling kompleks  dalam mengatur lalu lintas informasi dalam tubuh manusia. Otak dapat dikatakan organ paling vital, sebab memegang tugas sebagai pusat kontrol bagi tubuh manusia. Tugas kontrol yang dimaksud tersebut menyangkut peneriman, pemilahan, dan penyampaian sejumlah informasi, sehingga secara sederhana dapat dipahami. Setiap informasi yang ditangkap oleh panca indera manusia akan segera dikirimkan kepada otak, kemudian informasi yang ditangkap tersebut akan diproses di dalam bagian-bagian otak tertentu, dan pada akhirnya hasil dari pengolahan informasi tersebut akan disampaikan kembali oleh otak kepada organ tubuh lain yang membutuhkan. 
  
2)Bagian-bagian Otak dan Fungsinya
  Setiap organ tubuh manusia terdiri dari bagian-bagian tertentu yang memiliki fungsi berbeda-beda. Secara umum otak terbagi dalam tiga bagian, yaitu cerebrum, cerebellum, dan batang otak. Bagian-bagian otak beserta fungsinya masing-masing akan dibahas sebagai berikut.
   a)Cerebrum (Otak Besar)
   Cerebrum adalah bagian terbesar dan terkompleks dari otak. Ia terbagi menjadi dua bagian yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Hemisfer kiri mengontrol pergerakan tubuh bagian kanan. Pada kebanyakan orang, spesialisasi hemisfer kiri lebih banyak memusatkan pada pikiran logis, pemecahan masalah, dan bahasa. Sementara itu, hemisfer kanan lebih bertanggungjawab bagi kreativitas dan imajinasi. Peryataan tesebut sesuai pendapat berikut ini.
   “The cerebrum is the largest and most complex part of the brain. It is divided into two halves called hemispheres. The left hemisphere controls movement of the right side of your body. In the most people the left hemisphere specializes in logical thinking, problem solving, and language, while the right hemisphere is more responsible for creative thoughts and imagination” (Campbell dkk., 2004: 620). 
   Menurut Nolte (2009: 72), di dalam cerebrum terdapat serebral korteks yang terdiri dari lobus frontal, lobus pariental, lobus occipital, lobus temporal, dan lobus limbic. Lobus frontal berfungsi sebagai motor korteks, sedangkan lobus pariental berfungsi sebagai sematosensorik korteks. Sementara itu, lobus occipital berfungsi sebagai korteks visual, lobus temporal berfungsi sebagai korteks auditori, sedangkan lobus limbic berfungsi mengendalikan emosi dan memori. 
   b)Cerebellum (Otak Kecil)
   Cerebellum terletak di bawah cerebrum dekat puncak spinal cord. Cerebellum merupakan pusat koordinasi pergerakan tubuh. Cerebellum menerima sinyal-sinyal dari cerebrum yang mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk berpindah. Cerebellum juga menerima informasi dari reseptor-reseptor sensorik mengenai posisi dari bagian-bagian tubuh yang berbeda. Cerebellum mengevaluasi informasi ini dan dalam beberapa mili detik ia mengirim sebuah rencana untuk kemudian dikoordinasikan pergerakan kembali pada cerebrum. Hal tersebut sesuai dengan peryataan berikut ini.
   “Located below the cerebrum near the top of the spinal cord, the cerebellum is the coordination center for the body movements. The cerebellum receives signals from the cerebrum indicating a need to move. The cerebellum also receives information from sensory receptors regarding the positions of different body parts. The cerebellum evaluates this information and within a few milliseconds, send a plan for coordinated movements back to the cerebrum” (Campbell dkk., 2004: 621). 
   Selain itu, terdapat pendapat lain yang mendukung pernyataan Campbell. Seeley dkk. (2008: 444) menyatakan bahwa cerebellum mengontrol pergerakan otot dan nada, menyeimbangkan pengaturan pergerakan yang disengaja, mengatur tentang hal-hal yang terlibat dalam pembelajaran keterampilan motorik. Inti dari kedua pernyataan tersebut adalah bahwa bagian otak yang disebut cerebellum berfungsi untuk mengatur pergerakan atau pun perpindahan tubuh manusia. Misalnya, pada saat seseorang hendak menaiki eskalator, cerebellum inilah yang mengkoordinasikan tubuh agar dapat menaiki eskalator tersebut dengan benar dan tidak terjatuh.
   c)Brainstem (Batang Otak)
   Bagian yang terletak lebih rendah pada otak anda disebut brainstem, yang di dalamnya terdapat beberapa struktur, yaitu medulla oblongata, pons, dan otak tengah. Batang otak menyaring semua informasi dari neuron-neuron sensorik dan motor neuron yang menuju dan datang dari otak. Batang otak juga mengatur tidur, mengontrol pernapasan dan membantu mengkoordinasikan pergerakan badan seperti dilansir pada tulisan berikut ini.
   “The lower section of your brain, called the brainstem, includes several structures: the medulla oblongata, the pons, and the midbrain. The brainstem filters all the information from the sensory and motor neurons going to and from the brain. The brainstem also regulates sleep, controls breathing, and helps coordinate body movements” (Campbell dkk., 2004: 621).

b.Bahasa
  Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena sebetulnya bahasa merupakan salah satu budaya masyarakat yang lahir dan berkembang bersama pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Sebagian orang mengartikan bahasa sebagai alat komunikasi, mengingat bahasa merupakan media yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari satu orang ke orang lainnya dengan tujuan untuk berkomunikasi. Akan tetapi, titik berat pembahasan sub bab bahasa dalam makalah ini adalah bagaimana bahasa dilihat dari perspektif linguistik. Dalam prespektif linguistik, Pelz (2002: 18-20) mendefinisikan bahasa dalam dua pengertian. Pertama, “Relation zwischen Wörtern und Dingen” yang berarti relasi atau hubungan antara kata-kata dengan benda-benda. Kedua, “Zusammenhang zwischen Sprechen und Handeln in der Gesellschaft“ yang berarti keterkaitan antara pembicaraan dengan tindakan-tindakan pada masyarakat. Dalam kutipan tersebut, Pelz bukan hanya menjelaskan bahwa bahasa terdiri dari kumpulan kata-kata, baik kata kerja, kata benda, maupun kata keterangan. Lebih jauh, ia menekankan adanya hubungan atau relasi antarkomponen penyusun bahasa tersebut, sehingga kumpulan kata tersebut dapat membentuk makna. Dengan begitu, bahasa memungkinkan munculnya respon dari lawan bicara yang dapat berupa “Handeln” atau tindakan.
  Seperti telah dikatakan oleh Pelz, bahasa berkaitan dengan pembicaraan yang terjadi di masyarakat atau dikenal dengan istilah komunikasi, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa berfungsi sebagai sarana komunikasi. Hal tersebut didukung oleh pendapat Banker dan Hengeveld (2012: 5) yang menyatakan bahwa bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi umum. Melalui bahasa yang alami, manusia pada dasarnya dapat berkomunikasi satu sama lainnya mengenai apa saja di dunianya, mulai dari pembicaraan mengenai cuaca sampai menulis atau membaca sebuah artikel ilmiah mengenai pemanasan global. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah kumpulan kata yang membentuk kalimat-kalimat bermakna dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi.

c. Pikiran
 Aktifitas berfikir merupakan aktifitas yang dilakukan manusia setiap waktu. Aktifitas berfikir tersebut akan menghasilkan pikiran. Menurut Bedell dan Lennox (1997: 43-44), pikiran merupakan sebuah pesan dari otak yang mengekspresikan sebuah keinginan, harapan, komparasi atau perbandingan, dan juga evaluasi atau deskripsi. Dalam kutipan tersebut, Bedell dan Lennox juga mencontohkan sebagai berikut.
   1)Keinginan
      Saya ingin membuat sebuah presentasi yang jelas pada pertemuan besok. 
   2)Harapan
   Apabila saya melakukan pekerjaan yang baik, orang-orang akan menghargai  saya. 
   3)Komparasi
   Saya lebih senang bersama Bill daripada Pete.
   4)Evaluasi
   Saya tidak menyukai pesta ini. 

  Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pikiran adalah suatu bentuk pengekspresian pesan yang dilakukan oleh otak. Bentuk ekspresi tersebut dapat meliputi keinginan, harapan, perbandingan, dan evaluasi terhadap sesuatu hal. Oleh karena itu, banyak orang mengatakan keempat aspek tersebut sebagai buah pemikiran.

2.Teori Para Ahli 


Gambar 1. Area Broca dan Area Wernicke

Terdapat dua orang ahli yang memiliki peran penting dalam menemukan hubungan antara bahasa dan otak. Kedua ahli yang dimaksud tersebut adalah Broca dan Wernicke, sehingga nama mereka diabadikan menjadi nama salah satu bagian otak manusia seperti yang dapat dilihat dalam gambar 1. Berikut ini pembahasan secara lebih mendalam mengenai penemuan yang dilakukan oleh Broca dan Wernicke tersebut. 
  


a.Teori Broca
   Tidak banyak orang yang mengenal siapa itu Broca atau mengapa namanya digunakan untuk menyebut salah satu bagian dalam otak manusia. Berikut ini kutipan yang mengulas mengenai Broca. Pierre Paul Broca mengungkap Broca sebagai "the speech area is adjacent to the region of the “motor” cortex which tongue, lips, jaw, soft palate, vocal cords, ect. He posited that speech is formulated in Broca’s Area and then articulated via the motor area." (Steinberg dkk., 2001: 321). 
  Berdasarkan kutipan tersebut, diketahui bahwa Pierre Paul Broca adalah seorang ahli patologi dan ahli saraf (1824-1880) yang pertama kali membuat penemuan hebat mengenai otak dan bahasa. Ia menemukan sebuah area spesifik dari korteks yang terlibat dengan produksi bicara, kemudian area tersebut diberi nama area Broca. Broca mencatat bahwa area berbicara berdampingan dengan wilayah “motor” korteks yang meliputi lidah, bibir, rahang, langit-langit mulut yang lembut, vocal cord, dan lain-lain. Ia mengemukakan bahwa berbicara diformulasikan di dalam area Broca dan kemudian diartikulasikan melalui area motor. 
  b.Teori Wernicke
   Selain Broca, terdapat tokoh lain yang berjasa dalam penemuan hubungan antara otak dan bahasa, yaitu Wernicke. Ia merupakan ahli neurologi (1848-1905). Ulasan mengenai Wernicke dapat dilihat sebagai berikut. 
  In his research he discovered, near the part of the cortex in the temporal lobe which receives “auditory” stimuli, an area which was involved in the understanding of speech. Wernicke hypothesized that this area, later named Wernicke’s area, must in some way be connected, by fibres of the arcuate fasciculus. The model that Wernicke posited over a century ago is still largely the model which most researchers use today in describing how we understand speech. According to Wernicke, on hearing a word, the sound of a word goes from the ear to the auditory area and then to Wernicke’s area (Steinberg dkk., 2001: 321).
  Berdasarkan kutipan tersebut, penelitian Wernicke menunjukkan bahwa di dekat bagian korteks pada lobus temporal yang menerima stimulasi “pendengaran”, terdapat sebuah area yang menyangkut pemahaman berbicara. Wernicke menarik hipotesis bahwa area inilah yang kemudian dinamakan dengan istilah area Wernicke. Area ini dihubungkan dengan bagian lain oleh serat-serat arcuate fasciculus. Model yang dikemukakan oleh Wernicke satu abad lalu tersebut tetap menjadi model yang digunakan hingga sekarang dalam menggambarkan bagaimana manusia memahami pembicaraan. Menurut Wernicke, dalam mendengarkan sebuah kata, bunyi dari sebuah kata pergi dari telinga menuju area pendengaran dan kemudian menuju area Wernicke. 

3.Hubungan Otak, Bahasa, dan Pikiran
 a.Hubungan Bahasa dan Otak
  1)Pemrosesan Bahasa Lisan 
   Untuk dapat berinteraksi antarsesama manusia, otak manusia harus dapat memproses bahasa.  Dengan pemrosesan tersebut, manusia dapat memahami maksud lawan bicara dan dapat memberi respon kepada lawan bicara. Pemrosesan bahasa tersebut terjadi di hemisfer kiri. Akan tetapi, bukan berarti hemisfer kanan tidak bekerja sama sekali selama pemrosesan bahasa berlangsung. Garman (1990: 82) menyatakan, 
“Generally, it seems that both left and right hemispheres contribute to certain sensory (feedback) and motor (initiation and control) aspects of speech, but dominance is again a left-hemispheric characteristic.”
Berdasarkan pernyataan Garman tersebut, diketahui bahwa baik hemisfer kiri maupun hemisfer kanan memiliki kontribusi dalam berbicara, tetapi hemisfer kiri lebih dominan. 
  Proses pengolahan bahasa lisan menurut Steinberg (2001: 323) terdiri dari speech comprehension dan speech production. Mengenai speech comprehension, Field (2003: 20) menyatakan, 
“The listener, for example, might need to build acoustic features into phonemes, phonemes into syllables, syllables into words, words into syntactic patterns, syntactic patterns into propositional (abstract) meaning.” 
Berdasarkan penjelasan tersebut, kronologi pemrosesan bahasa hingga pesan dapat dimengerti oleh pendengar diawali dari bunyi menjadi kumpulan fonem, dari kumpulan fonem menjadi kumpulan suku kata, dari kumpulan suku kata menjadi kumpulan kata, dari kumpulan kata menjadi pola sintaksis, dan akhirnya menjadi pesan abstrak yang dapat dipahami maknanya. 
  Kaitannya dengan otak, proses pengolahan bahasa dimulai dari bunyi yang ditangkap oleh indera pendengaran, kemudian sampai pada korteks auditori dan diteruskan ke area Wernicke. Di dalam area tersebut pesan yang berupa bunyi tersebut diiterpretasikan menjadi sebuah pemahaman. Hal tersebut sesuai pendapat berikut. Steinberg dkk. (2001: 323) menyatakan, “The signal arrive in auditory cortex from the ear, and are transferred to the adjacent Wernicke’s area, where they are interpreted.” Sementara itu, dalam speech production membutuhkan satu langkah lagi. Steinberg menambahkan, pada speech production, setelah diproses di area Wernicke, kemudian pesan dikirim ke area Broca untuk pengkodean. Hasil pengkodean tersebut diteruskan pada motor area yang mengatur artikulasi.
  Berdasarkan penjelasan mengenai pemrosesan bahasa lisan di dalam otak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemrosesan bahasa lisan diawali dari bunyi yang ditangkap oleh indera pendengaran. Selanjutnya, bunyi tersebut sampai pada korteks auditori dan diteruskan ke area Wernicke. Di dalam area tersebut terjadi penginterpretasian pesan, sehingga pesan dapat dipahami. Apabila pesan membutuhkan respon maka pesan diteruskan ke area Broca agar area Broca memberi perintah pada motor artikulasi untuk mengeluarkan bunyi sebagai tanggapan terhadap pesan yang masuk.
  2)Pemrosesan Bahasa Tertulis 
   Alur pemrosesan bahasa tertulis pada dasarnya hampir sama dengan alur pemrosesan bahasa lisan. Akan tetapi, tetap terdapat perbedaan antara keduanya. Pemrosesan bahasa lisan berhubungan dengan fonologi, sedangkan pemrosesan bahasa tertulis berhubungan dengan ortografi. Hal tersebut sesuai pendapat berikut. Field (2003: 12) menyatakan, “If we are dealing with speech, we need a phonological model of the word; if we are dealing with reading, we will need an orthographic one.” 
  Alur pemrosesan bahasa tertulis menurut Steinberg dkk. (2001: 321-323) dimulai dari tulisan yang diterima oleh indera penglihatan. Selanjutnya, pesan yang berupa tulisan tersebut dikirimkan ke korteks visual pada lobus occipital, kemudian ditransmisi kepada area Wernicke melalui gyrus angular. Setelah itu, pesan dikirim ke area Broca seperti pada pemrosesan bahasa lisan. Akan tetapi, pemrosesan bahasa tertulis perlu melibatkan kerja otot tangan serta jari-jari tangan dalam menghasikan tulisan. Pergerakan dari lengan tangan dan jari-jari tangan ketika menulis tersebut merupakan gerakan yang diatur oleh daerah Broca. Daerah Broca mengirim sinyal agar tangan dan jari-jari tangan berkoordinasi membentuk tulisan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat berikut. Garman (1990: 89)  menyatakan, “Broca’s area may be involved in the sequencing of hand movements much as it is in the sequencing of hand movements much as it is in the sequencing of the articulatory gestures of spoken language”. Secara lebih terperinci, pengkoordinasian jari-jari dan lengan tangan dijelaskan dalam kutipan berikut ini.

  ”In writing function, the hand and arm form a partly closed system, with fingers and thumb in reciprocal agonist-antagonist relationship (though with simultaneous and coordinated arm sweeps across the page); by contrast, in typing, they function more as an open system, with two hands, and fingers and thumbs acting in overlapping simultaneous and coordinated movements” (Garman, 1990: 100).

  Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pemrosesan bahasa tertulis dimulai dari penerimaan pesan yang dalam hal ini berupa tulisan. Setelah pesan diterima oleh indera penglihatan, kemudian pesan dikirimkan ke korteks visual pada lobus occipital.  Melalui gyrus angular, pesan tersebut ditransmisi kepada area Wernicke. Setelah itu, pesan dikirim ke area Broca agar area Broca memerintahkan otot dan jari-jari tangan untuk berkoordinasi membentuk tulisan.

 b. Hubungan Bahasa dan Pikiran
 Bahasa erat kaitannya dengan pikiran. Menurut Steinberg dan Sciarini (2006: 179), terdapat empat teori yang mendasari hubungan antara keduanya, yakni sebagai berikut. 
  1)Pembicaraan merupakan esensi bagi pikiran. 
    Manusia harus belajar bagaimana dapat berbicara dengan nyaring untuk dapat mengembangkan pikirannya. 
  2)Bahasa merupakan esensi bagi pikiran. 
    Manusia harus mempelajari bahasa, bagaimana memproduksi atau memahami pembicaraan, untuk dapat mengembangkan pikiran. 
  3)Bahasa menentukan atau membentuk persepsi manusia atas alam. 
    Pembelajaran bahasa akan menentukan atau memberi dampak pada cara manusia mempersepsikan fisik dunia secara visual, audial, dan lain sebagainya. 
  4)Bahasa menegaskan atau membentuk pandangan dunia. 
    Pembelajaran bahasa akan menegaskan atau memberi dampak pada cara manusia memahami budaya dan juga dunianya.
 Kaitan antara bahasa dan pikiran itu sendiri dikategorikan oleh Pelz (2002: 37) menjadi tiga paham atau aliran yaitu, “Sprache bestimmt das Denken - steht die Hypothese gegenüber, daβ Denken und Sprechen zwei sich eigenständig entwickelnde, wenn auch natürlich interagierende menschliche Fähigkeiten sind”. Dalam tulisan Pelz tersebut, dikatakan bahwa paham pertama meyakini bahasa menentukan pikiran, sedangkan paham kedua meyakini bahwa pikiran menentukan bahasa. Sementara itu, paham ketiga meyakini bahwa keduanya saling menentukan atau mempengaruhi. 
Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai hubungan bahasa dan pikiran tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki hubungan yang erat dengan pikiran. Terdapat tiga paham terkait hubungan bahasa dan pikiran, yaitu bahasa menentukan pikiran, pikiran menentukan bahasa, dan baik bahasa maupun pikiran saling mempengaruhi. Walaupun terdapat tiga paham, pada prinsipnya manusia harus mempelajari bahasa agar dapat mengembangkan pikirannya. 

4.Kerusakan Otak
 a.Definisi Kerusakan Otak
  Otak merupakan organ yang vital, sebab otak mengendalikan seluruh aktifitas manusia. Oleh karena itu, otak diproteksi ketat agar tidak mengalami kerusakan. Akan tetapi, kerusakan pada otak bisa saja terjadi apabila kepala mengalami benturan yang keras. Berikut dijelaskan mengenai kerusakan otak.
 “The brain is well protected by the skull and the fluid jacket, the cerebrospinal fluid that completely surrounds the brain. But repeated blows to the head such as those to which professional boxers are subjected may lead to permanent damage to the cerebral hemispheres. If the damage is severe, the person is described as “punch drunk”, a condition characterized by an unsteady gait, slow, halting speech, and slow muscular movements” (Flower, 1984:320).
 Berdasarkan kutipan tersebut, diketahui bahwa otak diproteksi dengan baik oleh tengkorak dan cairan pelindung, yakni cairan cerebrospinal yang melingkupi otak. Akan tetapi, benturan yang berulang kali pada kepala, misalnya yang dialami pada petinju profesional, dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada hemisfer cerebral. Jika kerusakan mencapai titik ekstrim maka orang yang mengalami hal yang disebut sebagai “punch drunk”, sebuah kondisi yang dicirikan oleh gaya berjalan yang bergoncang, lambat, pembicaraan yang terhenti-henti, dan pergerakan otot yang lamban. Kerusakan otak yang mengakibatkan pembicaraan terhenti-henti tersebut akan dibahas pada sub bab berikut ini.
 b.Afasia
  1) Definisi Afasia
  Afasia adalah hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Afasia ditandai dengan sulitnya seseorang dalam berbicara akibat kerusakan salah satu bagian otak. Field (2003: 53) menyatakan, “Damage to either will often (but not always) lead to a condition known as aphasia, in which patients lose some of their powers of speech.” Senada dengan Field, Nolte ( 2009: 559) juga menyatakan, “Inabillity to use language (i.e., loss of or acces to the set of symbols that humans use to represent concepts) is called Aphasia. Baik Field maupun Nolte sependapat bahwa afasia adalah hilangnya kemampuan seseorang dalam berbahasa, khususnya berbicara, sebagai akibat dari kerusakan otak.
  Kerusakan otak yang menyebabkan afasia tersebut adalah kerusakan yang terjadi pada hemisfer kiri, sebab hemisfer kiri mendominasi dalam proses pengolahan bahasa. Glezerman dan Balkoski (2000: 3) menyatakan bahwa sejumlah penelitian telah menunjukkan adanya gangguan bahasa yang mengiringi kerusakan pada area-area kortikal tertentu di hemisfer kiri, yakni frontal, temporal, dan parietal. Ketiga area ini dikenal dengan istilah “zona-zona bicara”. 
  Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa afasia adalah penurunan kemampuan berbicara yang dialami seseorang akibat luka atau cidera yang terjadi pada hemisfer kiri. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa terdapat tiga titik penting yang terletak di dalam hemisfer kiri, yakni frontal, temporal, dan parietal, yang jika terjadi kerusakan atau pun penurunan fungsi maka akan berdampak pada gangguan berbicara. Dengan kata lain,  kemampuan berbicara manusia sangat tergantung pada hemisfer kiri.
  2) Klasifikasi Afasia
  Secara umum, John Field (2003: 55) mengklasifikasikan afasia berdasarkan bagian otak yang mengalami kerusakan. Dengan cara pengkalasifikasian ini, Field menyatakan bahwa terdapat dua jenis afasia, yaitu afasia Broca dan afasia Wernicke. Afasia Broca terjadi apabila seseorang mengalami kerusakan otak pada area Broca, sedangkan afasia Wernicke terjadi apabila seseorang mengalami kerusakan otak pada area Wernicke. Berikut ini pernyataan mengenai afasia Broca.
   One particular condition, now called Broca’s aphasia, is characterized by meaningful but shortened speech and also occurs in writing. In the condition, grammatical inflections are often lacking, such as the third-person present tense ‘-s’ (‘Mary want candy’ for ‘Mary wants candy’) and the auxiliary ‘be’ (‘Joe coming’ for ‘Joe is coming’), as are articles, prepositions, and other so-called function words. In a way, the speech is similar to that of children at the telegraphic stage of speech production (Steinberg dkk., 2001: 332).
Berdasarkan kutipan tersebut diketahui bahwa afasia Broca ditandai dengan sedikitnya kalimat yang dapat dikatakan oleh pasien penderitanya. Selain itu, afasia jenis ini juga ditandai dengan terjadinya kesalahan dalam struktur kalimat. Sementara itu, ciri-ciri penderita afasia Wernicke dijelaskan seperti berikut ini.
This condition is characterized by speech which often resembles what is called nonsense speech or double-talk. It sounds right and is grammatical but it is meaningless. It can seem so normal that the listener thinks that he or she has somehow misheard what was said, as is often the case  in ordinary conversation (Steinberg dkk,. 2001: 333). 
Pernyataan Steinberg tersebut menjelaskan bahwa pasien penderita afasia jenis ini dapat berbicara dengan tata bahasa  yang baik. Akan tetapi, kalimat-kalimat yang ia katakan sulit dipahami oleh pendengar. Hal tersebut sering dikenal dengan nonsense speech atau double talk. ”Untuk lebih mempermudah pemahaman terkait perbedaan afasia Broca dan Wernicke, Field (2003: 55) merumuskan perbedaan antara kedua afasia tersebut dalam tabel berikut ini.

  Klasifikasi Afasia Menurut John Field
Afasia Broca
• Berusaha keras untuk dapat berbicara
• Sering berhenti sementara (jeda) dalam berbicara
• Hampir tanpa sintaks
• Menggunakan kata benda konkret,
• Pemahaman sering baik
• Memungkinkan menggunakan isyarat

Afasia Wernicke
• Usaha kecil untuk dapat berbicara,
• Berbicara lancar
• Sintaks cenderung baik
• Banyak kata benda dan kata kerja yang umum misalnya do
• Pemahaman sering sangat terganggu.

Konklusi
  Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada pembahasan, dapat disimpulkan dalam lima poin besar sebagai berikut. Pertama, otak merupakan salah satu organ vertebrata yang kompleks dan bertugas mengatur lalu lintas informasi dalam tubuh manusia sehingga tiap organ tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Bagian otak yang mengatur, mengontrol, dan mengolah bahasa adalah hemisfer kiri.  
Kedua, bahasa adalah kumpulan kata yang membentuk kalimat-kalimat bermakna dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi. Sementara itu, pikiran adalah pesan dari otak yang mengekspresikan sebuah keinginan, harapan, komparasi atau perbandingan, dan juga evaluasi atau deskripsi.  
Ketiga, pemrosesan bahasa lisan diawali dari bunyi yang ditangkap oleh indera pendengaran. Bunyi tersebut kemudian sampai pada korteks auditori, lalu diteruskan ke area Wernicke. Di dalam area tersebut terjadi penginterpretasian pesan, sehingga pesan dapat dipahami. Apabila pesan membutuhkan respon maka pesan diteruskan ke area Broca agar area Broca memberi perintah pada motor artikulasi untuk mengeluarkan bunyi sebagai tanggapan terhadap pesan yang masuk. Sementara itu, pada pemrosesan bahasa tertulis dimulai dari penerimaan pesan oleh indera penglihatan yang dalam hal ini berupa tulisan. Setelah pesan diterima, kemudian pesan dikirimkan ke korteks visual pada lobus occipital.  Melalui gyrus angular, pesan ditransmisi kepada area Wernicke. Setelah itu, pesan tersebut dikirim ke area Broca agar area tersebut memerintahkan otot dan jari-jari tangan untuk berkoordinasi membentuk tulisan.
Keempat, hubungan antara bahasa dan otak ditemukan oleh dua ahli medis yakni Broca dan Wernicke melalui serangkaian penelitian pada pasien yang mengalami kesulitan dalam berbicara. Sementara itu, hubungan antara bahasa dan pikiran dikategorikan menjadi tiga paham atau aliran, yakni bahasa mempengaruhi pikiran, pikiran mempengaruhi bahasa, serta keduanya saling mempengaruhi. 
Kelima, apabila terjadi kerusakan otak pada hemisfer kiri maka dapat menyebabkan afasia. Afasia adalah hilangnya kemampuan dalam berbahasa yang ditandai dengan sulitnya seseorang dalam berbicara. Terdapat dua jenis afasia yaitu afasia Broca  dan afasia Wernicke. Afasia Broca terjadi apabila seseorang mengalami kerusakan otak di daerah Broca, sedangkan afasia Wernicke terjadi apabila seseorang mengalami kerusakan otak di daerah Wernicke.


DAFTAR PUSTAKA

Banker, Hengeveld. 2012. Linguistics. West Sussex. Blackwell Publishing Ltd.

Bedell, Jefferey R. dan Lennox, Shelley S.1997. Handbook for Communication and Problem Solving Skills Training. New York: John Wiley & Sons.

Campbell, dkk. 2004. Biology Exploring Life. New Jersey. Pearson Education, Inc. 

Cheng, Ken. 2013. Introduction to Brain, Behaviour and Evolution. North Ryde. McGraw-Hill Australia Pty Ltd. 

Field, John. 2003. Psycolinguistics – A Resource Book for Students. New York. Routledge. 

Fowler, Ira. 1984. Human Anatomy. California. Wadsworth, Inc. 

Garman, Michael. 1990.  Psycolinguistics. United Kingdom. Cambridge University Press.

Glezerman, Balkoski. 2002. Language, Thought, and the Brain. New York. Kluwer Academic Publishers. 

Johnson, dkk. 1984. Biology an Introduction. Menlo Park. The Benjamin/ mings Publishing Company, Inc. 

Nolte, John. 2009. The Human Brain: an Introduction to Its Functional Anatomy. Philadelphia. Mosby Elsevier. 

Pelz, Heidrun. 2002. Linguistik: eine Einführung. Hamburg. Hoffmann und Campe Verlag.  

Seeley, dkk. 2008. Anatomy & Physiology Eight Edition. New York. McGraw-Hill Companies, Inc.

Steinberg, Danny D.  dkk. 2001. Psycholinguistics: Language, Mind, and World second edition. Harlow. Pearson Education Limited. 

_______. dan Sciarini, Natalia V. An Introduction of Psicolinguistics. 2006. Great Britain. Pearson Longman.  

0 komentar:

Posting Komentar